Arsip untuk Januari, 2012

Hari ini. Harapan untuk tulisan di Categori ini (Cerita Hari Ini) awalnya hanya ingin menceritakan kisah-kisah saya yang dirasa sangat menarik dan menyenangkan. Namun apa daya,  saya mesti menuliskan kejadian hari ini walaupun terasa sangat tragis.. (berlinang air mata).

Dapat musibah, Sungguh Sesuatu. Yha, hari ini saya memang mendapatkan musibah penting selama karier hidup saya (gak nahan..). Semua diawali karena keraguan dan ketidakinginikutan, namun bukan berarti ada penyesalan. Saya rasa, saya cukup menikmatinya (walaupun sakit sangat).  Hari ini, saya dan teman-teman satu rumah akan rihlah (jalan-jalan) ke salah satu tempat wisata di Kota Padang,  ke Pantai Air Manis (red: Pantainya Malin Kundang). Saya awalnya mengatakan tidak bisa karena harus menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Penelitian Administrasi Negara. Akan tetapi, itu dirasa bukanlah alasan yang cukup logis dan dapat diterima (sebenarnya sih emang bener, karena nih tugas sudah diberikan sekitar 2 minggu yang lalu, tapi dasar sayanya lelet,, heeh). Akhirnya saya pikir-pikir, yasudah lah, saya ikut, toh sepertinya nanti malam masih ada waktu untuk menyelesaikan tugasnya (Begadang,, jangan begadang). Kita semua pun memepersiapkan segala sesuatu yang dirasa perlu, dan kemudian berangkat. Saya dibonceng Irfan, dan yang lain ada tiga motor lagi dengan boncengannya masing-masing (gak usah disebutin,, hehe).

Dan,, kejadian pun di mulai. Sebagai gambaran saja, kondisi jalan menuju Pantai Air Manis bisa dibilang sangat ekstrem meskipun jalannya sudah di aspal. Mengapa? karena jalannya itu mendaki, menurun, mendaki, menurun,,, dan tingkat ketinggiannya juga cukup membuat jantung berdebar. Beberapa jalan mendaki sudah kami lewati dengan baik meskipun cukup menegangkan (maklum, kondisi motor yang kami gunakan menurut saya memang kurang baik, tapi saya gak tahu kalau jalan yang akan dilalui seperti ini). Kemudian di jalan yang menanjak cukup tinggi (lagi) motornya mulai gak kuat dan sempat terhenti namun kami masih bisa jalan terus (alhamdulillah,, huhh). Tetapi-eh,,tetapi tiba di jalan yang menurun, teman saya tersebut seperti kehilangan keseimbangan (jangan2 karena saya berat lagi) dan kami pun terjatuh. Untungnya (untung gak yha?) dia mengarahkannya ke semak-semak di pinggir jalan dan tidak ke aspal. Saat itu, saya dzikir dan hanya pasrah dan kemudian terbang jatuh kedalam semak-semak. Sementara dia (Irfan) juga masuk kedalam semak namun lebih dekat ke jalan. Entah kenapa, saya langsung menguatkan diri dan bangkit berdiri, kemudian melihat keadaannya, dia sepertinya parah (pikirku). lalu saya katakan, “jangan berdiri dulu, biar saja disitu”. Anehnya, tak ada orang yang lewat ketika kami terjatuh dan posisi kami terjatuh adalah posisi “strategis” di mana tidak kelihatan oleh orang-orang yang lalu lalang di jalan tersebut (sebenarnya sih cukup sunyi).

Saya pun naik ke jalan (nih semaknya gak datar, tetapi menurun kayak menuju jurang gitu) dan mengambil telpon seluler dan langsung memencet sembari mencari-cari nomor hp teman yang lain. Posisi kami yang berada di paling belakang, membuat teman-teman yang lain tidak menyadari. Dan akhirnya, setelah mencoba kebeberapa nomor ada juga yang mengangkat dan segera saya suruh ke tempat kami. Saya yang penampilannya tidak mencurigakan (sehabis jatuh) pun tidak mencuri perhatian orang-orang yang lewat meskipun pasti ada yang bertanya sedang apa ditempat beginian?

Teman-teman yang lain pun tiba, lalu kemudian mengangkat Irfan dan kemudian motornya. Setelah memposisikan diri (irfan ternyata masih sanggup berdiri), kami akhirnya memutuskan untuk kembali pulang ke rumah untuk langsung berobat. saya luka gores di bawah lutut plus pembengkakan, sementara Irfan lebih parah karena kakinya juga terkilir plus banyak mengeluarkan darah.

Aneh dan lucu rasanya ketika saya mengingat-ingat kejadian ini, dari niat yang sebenarnya mau tidak ikut hingga perasaan saya yang tidak menyesali kejadian ini, rasanya ini seperti sesuatu. Ditengah kondisi ini saya malah bisa menyelesaikan tugas untuk besok. Padahal, selam 14 hari ditengah kondisi normal bahkan saya gak sanggup. Kalau teman-teman lain bilang “Ini supaya kami cepat gede”,, aneh memang karena perasaan tinggi saya sudah 173 cm dan beratnya 72 kg. Mau gede gimana lagi?. tapi yang jelas mereka hanya berusaha menghibur dan saya rasa saya cukup terhibur ketika membayangkannya.. hhe

Sekian cerita sedih saya di hari ini, mudah-mudahan tidak terulang lagi lah. sudah cukup rasanya dijadikan pengalaman tuk melamar pekerjaan,,

Ehmm,, check..chekk.. satu, dua, tiga dicoba.. (Ngetes jari mau ngetik,, sudah malam).  Hari ini akhirnya aku berkesempatan juga buat nulis ceritanya.. dan karena banyak kejadian hebatnya aku sampai gak tahu lagi mau buat judulnya apa dan ini lah yang terpikir (Mr. Ipul dan Ummi,, Dihari Jumat).. jreng..jreng..

Cerita dimulai ketika shalat jumat tadi. Jadi, hari jumat itu saya/aku/gue ada kuliah dan masuknya setelah jumat pukul 13:30 Wib. Nah, biasanya gue shalat jumatnya di mesjid kampus dan karena tadi entah karena ke-galau-an apa sampai-sampai malas pergi ke kampus dan berniat setelah shalat jumat saja. Shalat jumat pun selesai dan karena diburu waktu, saya mesti cepat karena jam sudah menunjukka pukul 13:10 wib di jam mesjid tempat saya shalat. Apalagi jarak dari kos-kampus lumayan jauh, sekitar 15 menit menuju halte bus kampus dengan angkot, kemudian sekitar 10 menit menuju gedung kuliah kalau naik angkot lagi dan sekitar 23 menit kalau naik bus kampus yang kecil (berkapasitas 25 tempat duduk) atau 30 menit kalau naik bus kampus yang besar (kapasitasnya sekitar 40 tempat duduk lah). Maklum, saya adalah mahasiswa yang  “Pejabuskot” Pajalan kaki, bus dan angkot. Selesai shalat saya langsung berdoa dan kemudian bergegas menuju kos untuk berangkat kuliah (smp gak sempat dzikir dan shalat sunnah rawatib, huhh..). Sampai di rumah jam sudah menunjukkan pukul 13:20 Wib dan keringat semakin mengucur deras di wajah gue (maklum, harinya panas cuyy,, heheh). Gue ngumpat dalam hati “huh,, jam nya cepat amat, dosennya cuma beri waktu keterlambatan 15 menit, kalau begini bisa-bisa sampai disana jam 2 nih. belum lagi jalan kesimpang, belum lagi tunggu angkot lewat, belum lagi berlari menuju kegedung kuliah,,, ampuunn.. “.

Tiba-tiba eh tiba..tiba, Si Ipul (sapaan kerennya, nama asli syaiful,,hehe), berkata “sudah lah mas, aku antar saja, kasihan pula aku ngeliat mu” (dengan ekspresi mengasihani yang polos). Sontak, gue kaget, dan berkata “tidakkah engkau sedang bercanda?, hari begitu panas dan kau juga tidak ada kuliah sekarang? (lebayy)..Lalu si Ipul berkata “sekali lagi aku ungkapkan, aku kasihan melihat mu, hidupmu sungguh tragis masuk kuliah hari jumat jam 13:30 wib sementara saat ini waktu shalat jumat semakin lama, ditambah dosen mu pun sungguh tega”.. Dengan ekspresi melongo gue cuma bisa ngangguk-ngangguk..

Kita pun berangkat dan Ipul ngebut hingga sampailah di gedung kuliah pukul 13:33 wib, “masih ada waktu toleransi”, ucapku dalam hati. Aku tatap wajahnya dan dengan ekspresi terharu aku hanya bisa berujar “Terima kasih”, lalu Ipul pun berpaling dan begitu juga dengan diriku.

Seperti perkiraan dan harapan, dosennya sudah tiba dan saya pun masih diizinkan untuk masuk dan mengisi absen (horrayy). Ditengah perkuliahan tiba-tiba HP ku berbunyi, aku intip hp ku dan tertulis tertulis “Ummi Calling” di layar. Oh My God, Mybeloved Woman…dari kemarin aku mau telpon beliau tapi gak jadi-jadi (gak ada pulsa), angkat?..tidak?..angkat?..tidak?,,, lalu ku angkat dan dengan buru-buru aku katakan “aslm, Mi.. Lagi kuliah nih,,nanti saja yha”, langsung ku matikan,,. Kejamm,, “apakah aku telah menjadi anak durhaka?”, bibirku berujar pelan

Lalu tiba-tiba dosen menunjuk kearahku, “Hayo, kamu yang IP nya bagus (ini beneran, lho.. hehe), apa maksud dari pernyataan ini? (dalam bahasa inggris). Belum sempat gue jawab terus si Dosen bilang “kamu yang sedang galau karena ip nya menurun, hayo di jawab”. Sontak teman-teman gue pada tertawa mendengar pernyataan ini. Oh no,, darimana si dosen tau kalau kemarin-kemarin saya sempat galau?. huhh.. Saya kemudian memberi penjelasan dari pernyataan tersebut dan..alhamdulillah di apresiasi sama Pak dosen karena jawabannya cukup memuaskanlah,,, (ciee..)

Selesai kuliah, sayateringat si Ummi dan langsung saya sms agar segera menghubungi (maklum,, masih gak punya pulsa juga). Tak berapa lama si Ummi pun menelpon dan bertanya apakah saya masih kuliah. Lalu saya bilang baru saja selesai dan akhirnya obrolan panjang lebar pun terjadi. Hhuhh,, senangnya..

Pengantar

Pengimplementasian suatu kebijakan merupakan puncak dari suatu peraturan ataupun kebijakan tersebut dibuat. Tahap pengimplementasian secara umum merupakan bagaimana suatu kebijakan yang dikeluarkan yang menjadi suatu jawaban dari masalah yang dialami masyarakat diterapkan agar maksimal dan dapat menjawab permasalahan tersebut. Namun, tahap pengimplementasian bukanlah merupakan bagian yang mudah. Pembuat kebijakan perlu melihat dan menyusun strategi yang baik agar kebijakan yang dibuat benar-benar bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang jelas dan pemikiran yang meluas agar suatu kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik.

Hal ini tentunya bukan atas dasar pendapat saja, melainkan bagaimana kita melihat banyak diantara kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah yang ternyata bisa dikatakan gagal dalam pengimplementasian sehingga kebijakan yang dikeluarkan tersebut kedepannya hanyalah seperti hiasan saja bagi selama masa kepemimpinannya dengan catatan telah pernah dibuat suatu Peraturan. Hal ini bisa disebabkan berbagai hal yang ternyata tidak diperhitungkan pada saat pengimplementasiaannya seperti ketidakcocokan budaya masyarakat setempat, kebelumsiapan masyarakat, dan hal-hal lainnya. Kejadian lainnya adalah bahwa sebenarnya pembuat keputusan sudah melihat masalah tersebut, hanya saja masih belum tepat bagaimana cara mengatasinya.

Kajian Teoritis

Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) . Dalam Teori ini dinyatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kesuksesan implementasi, yakni;

1. Karakteristik dari Masalah (tractability of the problems)

2. Karakteristik Kebijakan/ undang-undang (ability of statute to structure implementation)

3. Variabel Lingkungan (non statutory variables affecting implementation)

Karakteristik Masalah, terdiri atas;

1. Tingkat Kesulitan Teknis dari masalah yang ada

Dalam hal ini dilihat bagaimana permasalahan yang terjadi, apakah termasuk permasalahan social yang secara teknis mudah diselesaikan atau masuk kategori masalah social yang secara teknis sulit untuk dipecahkan. Sebagai contoh masalah social yang termasuk kategori mudah diselesaikan adalah seperti kekurangan persediaan beras disuatu daerah, kekurangan guru dalam suatu sekolah, dan lain-lain. Untuk contoh masalah social yang termasuk kategori social yang cukup sulit dipecahkan adalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan masalah-masalah lain yang sejenis.

2. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran

Hal ini menyangkut kelompok sasaran dari pembuatan suatu kebijakan atau dapat dikatakan masyarakat setempat yang dapat bersifat homogeny ataupun heterogen. Kondisi masyarakat yang homogen tentunya akan lebih memudahkan suatu program ataupun kebijakan diimplementasikan, sementara itu dengan kondisi masyarkat yang lebih heterogen akan lebih menyulitkan ataupun mendapat lebih banyak tantangan dalam pengimplementasiaannya.

3. Prosentase kelompok sasaran terhadap total populasi

Dalam artian bahwa suatu program atau kebijakan akan lebih mudah diimplementasikan ketika sasarannya hanyalah sekelompok orang tertentu atau hanya sebagian kecil dari semua populasi yang ada ketimbang kelompok sasarannya menyangkut seluruh populasi itu sendiri. 4. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan Hal ini menyangkut akan hal bagaimana perubahan perilaku dari kelompok sasaran yang diharapkan dengan program yang ada. Sebuah kebijakan atau program akan lebih mudah diimplementasikan ketika program tersebut lebih bersifat kognitif dan memberikan pengetahuan. Sementara itu, program yang bersifat merubah sikap atau perilaku masyarakat cenderung cukup sulit untuk diimplementasikan seperti perda larangan merokok ditempat umum, pemakaian kondom dan Keluarga Berencana, dan lain-lain.

Karakteristik Kebijakan, yang terdiri atas;

1. Kejelasan Isi Kebijakan

Sebuah kebijakan yang diambil oleh pembuat kebijakan haruslah mengandung konten yang jelas dan konsisten. Kebijakan dengan isi yang jelas akan memudahkan sebuah kebijakan dan akan menghindarkan distorsi atau penyimpangan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dikarenakan jika suatu kebijakan sudah memiliki isi yang jelas maka kemungkinan penafsiran yang salah oleh implementor akan dapat dihindari dan sebaliknya jika isi suatu kebijakan masih belum jelas atau mengambang, potensi untuk distorsi ataupun kesalahpahaman akan besar.

2. Seberapa jauh kebijakan memiliki dukungan teoritis

Dukungan teoritis akan lebih memantapkan suatu aturan atau kebijakan yang dibuat karena tentunya sudah teruji. Namun, karena konteks dalam pembuatan kebijakan adalah menyangkut masalah social yang meski secara umum terlihat sama disetiap daerah, akan tetapi sebanarnya terdapat hal-hal yang sedikit banyak berbeda sehingga untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan modifikasi saja.

3. Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap kebijakan tersebut

Hal yang tak dapat dipungkiri dalam mendukung pengimplementasian suatu kebijakan adalah masalah keuangan/modal. Setiap program tentu memerlukan staff untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis, memonitor program, dan mengelola sumberdaya lainnya yang kesemua itu memerlukan modal.

4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar bebagai institusi pelaksana

Suatu program akan dengan sukses diimplementasikan jika terjadi koordinasi yang baik yang dilakukan antar berbagai instansi terkait baik secara vertical maupun horizontal.

5. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

Badan pelaksana atau implementor sebuah kebijakan harus diberikan kejelasan aturan serta konsistensi agar tidak terjadi kerancuan yang menyebabkab kegagalan pengimplementasian.

6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan

Salah satu factor utama kesuksesan implementasi sebuah kebijakan adalah adanya komitmen yang kuat dari aparatur dalam melaksanakan tugasnya. Komitmen mencakup keseriusan dan kesungguhan agar penerapan suatu peraturan ataupun kebijakan bisa berjalan dengan baik dan diterima serta dipatuhi oleh sasaran dari kebijaan tersebut.

7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan

Sebuah program akan mendapat dukungan yang banyak ketika kelompok-kelompok luar, dalam artian diluar pihak pembuat kebijakan seperti masyarakat ikut terlibat dalam kebijakan tersebut dan tidak hanya menjadikan mereka sebagai penonton tentang adanya suatu kebijakan ataupun program di wilayah mereka.

Lingkungan Kebijakan, terdiri atas;

1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi

Kondisi social ekonomi masyarakat menyangkut akan hal keadaan suatu masyarakat secara umum, mulai dari pendidikan, keadaan ekonomi, dan kondisi socialnya yang secara sederhana dapat dikatakan kepada masyarakat yang sudah terbuka dan modern dengan masyarakat yang tertutup dan tradisional. Masyarakat yang sudah terbuka akan lebih mudah menerima program-program pembaharuan daripada masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Sementara itu, teknologi sendiri adalah sebagai pembantu untuk mempermudah pengimplementasian sebuah program. Teknologi yang semakin modern tentu akan semakin mempermudah.

2. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan

Dukungan publik akan cenderung besar ketika kebijakan yang dikeluarkan memberikan insntif ataupun kemudahan, seperti pembuatan KTP gratis, dan lain-lain. Sebaliknya, dukungan akan semakin sedikit ketika kebijakan tersebut malah bersifat dis-insentif seperti kenaikan BBM.

3. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups)

Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara, seperti; 1) kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud untuk mengubmah kebijakan.2) kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan membuat pernyataan yang ditujukan kepada badan legislative.

4. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor

Komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas tujuan tersebut.

 

Sumber : Sebagian dikutip dari buku A.G Subarsono, Analisis Kebijakan Publik. Tahun 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anak Berkelainan & Klasifikasinya

Posted: Januari 27, 2012 in Umum

Anak Berkelainan
Istilah berkelainan dalam percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai suatau kondisi yang menyimpang dari rata-rata umumnya yang peyimpangannya tersebut memiliki nilai leboh atau kurang. Menurut para ahli (Kirk, 1970 ; Heward dan Orlansky, 1988 ) anak berkelainan di artikan sebagai anak yang memilki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik prilaku sosialnya, atau menurat ahli lainnya ( Hallahan dan Kauffman 1991 ) anak berkelainan di defenisikan sebagai anak yang berbeda dari rata-rata umumnya,dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak.

Klasifikasi Anak Berkelainan
Menurut klasifikasi jenis kelainan maka dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelainan, yaitu :

a. Kelainan Fisik
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akhibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal. Yang termasuk dalam kelainan ini adalah tunanetra ( kelainan pada indra penglihatan ), tunarungu (kelainan pada pendengaran), dan tunawicara (kelainan pada fungsi organ bicara ).

b. Kelainan Mental
Anak berkelainan mental adalah anak yang memiliki penyimpangan kemampuan berpikir secara kritis dan logis dalam menanggapi dunia sekitarnya.kelainan pada aspek mental ini dapat menyebar ke dua arah, yaitu kelainan mental dalam arti lebih ( supernormal ) dan kelainan mental dalam arti kurang ( subnormal ). Namun dalam hal ini yang biasa atau perlu mendapatkan pendidikan ektra lebih adalah anak subnormal atau yang sering juga disebut tunagrahita.

c. Kelainan prilaku sosial
Kelainan prilaku atau sering disebut tunalaras adalah mereka yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tatatertib, norma sosial, dan lain-lain.

 

Sumber : Mohammad Efendi. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Tahun 2006, jakarta: Bumi Aksara.

Keberadaan birokrasi memegang peranan penting dalam proses penyelenggraan negara dalam upaya pemberian pelayanan kepada masyarakat. Jika birokrasi berjalan dengan baik, maka akan semakin baik pula penyelenggaraan suatu negara dan sebaliknya, ketika birokrasi dianggap buruk, maka akan sangat mempengaruhi penyelenggaraan negara karena menyangkut masyarakat luas. Birokrasi merupakan hasil penterjemahan terhadap keputusan politik yang berupa kebijakan pemerintah, dan birokrasi hadir sebagai bentuk pengelolaan atas kebijakan tersebut secara operasional untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi. Disadari atau tidak, birokrasi merupakan factor penentu kesuksesan program atau agenda pemerintah.
Namun, ketika mendengar birokrasi, maka yang terbesit disebagian besar pikiran masyarakat adalah suatu proses panjang yang berbelit-belit dengan hasil yang juga kurang memuaskan. Birokrasi yang keberadaannya diharapkan akan mempermudah masyarakat namun telah menjadi suatu momok yang menakutkan bagi masyarakat yang menjadi objek ataupun sasaran dari keberadaan birokrasi itu sendiri. Anggapan masyarakat saat ini adalah bagaimana agar dalam kehidupannya bisa jauh dari birokrasi Indonesia, “kalau mau berurusan dengan birokrasi tanah air, maka sediakanlah waktu yang banyak dan bersiaplah untuk capek, dan sediakan uang yang cukup”.
Keadaan ini cukup ironis mengingat dengan kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari pemerintah, justru dibuat “jera” terlebih dahulu. Masyarakat tentu memiliki berbagai kepentingan yang ketika ingin melaksanakan kepentingan tersebut harus terlebih dahulu menghadap birokrasi. Namun, masalah yang “ruwet” dan “ribet” mendorong sebagian besar masyarakat untuk menunda ataupun mengurungkan niatnya. Keadaan ini tentunya akan bisa berdampak membuat masyarakat semakin pasif dan bahkan akhirnya bisa berdampak apatis.
Keadaan birokrasi yang seperti ini harus diakui dipengaruhi oleh Sumber Daya manusia yang terlibat dalam birokrasi itu sendiri seperti birokrat ataupun aparatur negara lainnya yang juga tak lepas dari etika mereka terhadap profesi mereka sendiri. Saling tarik ulur kepentingan politik dengan mengutamakan kepentingan pribadi maupun kelompok merupakan salah satu yang menyebabkan keadaan birokrasi yang tidak efisien dimana berbagai kebijakan yang dibuat pihak-pihak elit hanya berpihak kepada sebagian golongan saja bukan kepada masyarakat itu sendiri. Keadaan ini masih diperparah dengan moralitas dari para pegawai yang terlibat dalam birokrasi itu sendiri. Masyarakat yang seharusnya menjadi costumer yang menjadi pihak yang dilayani berubah menjadi pihak yang harus mengemis-ngemis demi mendapatkan pelayanan publik. Belum lagi praktik Kolusi, Korupsi, dan Nepoteisme (KKN) seperti menambah-nambah biaya pelayanan, mengutamakan pihak yang membayar lebih, ataupun lebih mengutamakan teman dekat dan keluarga. Buruknya etika aparatur negara mau tidak mau harus menjadi perhatian penting yang harus ditemukan solusinya agar tercipta suatu bentuk birokrasi yang benar-benar berfungsi sebagai alat negara dalam penyelenggaraan negara melalui bentuk pelayanan publik terhadap masyarakat luas dengan bercirikan efektif, efisien, ekonomis, transparans, dan akuntabilitas.

Sebagai mahasiswa Administrasi Negara, apalagi mahasiswa baru nih, kedua kaat ini akan menjadi permasalahan utama yang sangat membingungkan, mana sih yang benar?. Nah, disini saya mau menjelaskan dari hasil pemikiran selama kuliah yang sudah empat semester bergelut di jurusan administrasi Negara.

Perspektif Administrasi Negara Menjadi Administrasi Publik Jika dikatakan adakah pergeseran makna yang terjadi sehingga nama administrasi Negara berubah menjadi administrasi Publik? Maka sampai saat ini hanya terjadi perdebatan-perdebatan atas penamaan Administrsi Negara dalam suatu jurusan di Universitas perihal kekurangcocokan penamaan ini. Namun, untuk pengakuan secara umum, administrasi Negara masih dianggap sama dengan administrasi public yang dapat didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara bekerja sama dalam proses penyelenggaraan Negara demi mencapai tujuan bernegara.

Memang masih sulit jika mengatakan adalah sama pengertian public dan Negara. Kata public memang memperlihatkan masyarakat umum yang berarti bagian dari Negara. Namun, kata public terasa begitu kontra dengan kata swasta. Sementara itu, swasta sendiri masih merupakan bagian Negara. Badan usaha milik swasta dan badan usaha milik Negara keduanya masih merupakan bagian Dari suatu Negara sekalipun bukan milik Negara. Selain hal diatas, perdebatan juga terjadi perihal pengartian “public administration” yang berasal dari bahasa inggris. Jika diartikan langsung dengan bahasa Indonesia maka kita akan mengatakan “administrasi public”, namun dalam kenyataannya sering disebut dengan administrasi Negara. Lalu pertanyaan pun timbul, “mengapa dalam bahasa inggris harus menggunakan kata “public” mengapa bukan “state”? Dalam beberapa pengertian, kata administration di Amerika Serikat sudah mengandung unsure Negara. Seperti dalam kata “obama Administration” yang berarti pemerintahan obama. Dengan begitu, maksud dari public administration itu sendiri sudah menyangkut Negara secara tersirat dan bersifat public. Secara khusus dapat dikatakan bahwa penamaan administrasi public ini adalah untuk membedakan dengan administrasi swasta “private administration” yang kedua hal ini masih merupakan bagian dari Negara (state). Jadi, penamaan administrasi public adalah lebih kepada hal pengkhususan dalam administrasi Negara dan pembedaan dari administrasi public. Hal ini dikarenakan baik swasta maupun public adalah dua hal yang seharusnya hadir untuk membangun negara.

Lucu, Mimpiin Si Ibu…

Posted: Januari 26, 2012 in Cerita Hari Ini, Cerpen

Hari ini, gue tulis cerita mimpi gue tadi malam. Aneh bin lucu menurut gue, dan ini lah yang paling lucu selama yang gue ingat gue pernah mimpi si Ibu (panggilan sayang gue sih biasanya; mii/Ummi/Emak/Mama). Jadi, tadi malam itu gue susah banget tidur, sudah tiga malam terakhir ini keadaannya seperti ini terus, Insomnia tingkat tinggi. Tadi malam gue tertidur jam 12 malam dan terbangun jam 03:40 wIB alias dini hari (rencananya sih mau sahur tapi gak jadi karena air minum lagi habis di kos, heheh).

cerita mimpinya itu, aku pergi ke pasar temanin Ibu (lupa, mau beli apa) naik motor. Nah, waktu mau pulang si Ibu bilang biar Beliau saja yang membawa motrnya sampai ke rumah. Yah, gue sih terkaget-kaget…masa si Ibu sih yang bawa motor, apa kata dunia anak lelaki gentlement nya yang duduk di belakang (alias diboncengan). Tapi ntah kenapa gue rela dan menyetujuinya. Selama di jalan kita berbincang-bincang dengan sedikit perasaan khawatir takut kalau kita jatuh atau bakalan nabrak orang lain (tragedi tugu tani 2). Namun alhamdulillah kita sampai di rumah dengan selamat. Lalu, setelah turun dari motor gue tanya ke ibu, ” mii, sejak kapan bisa naik motor? bukannya si Ummi gak bisa bawa motor, yha?”.. Dan,, mimpi gue pun buyar alias gue terbangun karena alarm sahur berbunyi…

Tadi pagi gue senyum-senyum sendiri mengingat mimpi ini. Pertanda apakah ini? adakah makna di balik mimpi ini?.. Lalu gue teringat, sekarang tanggal 26 Januari 2012, dan ini sudah hampir 12 hari pasca keberangkatan dari rumah untuk kembali kuliah. Dan sudah selama ini aku memang belum pernah telpon si Ibu.. hahaahh,,, tapi masih gak habis pikir juga sama mimpinya.. haduhh…

Kali ini, bukan hari ini sih, tetapi berhari-hari yang lalu, berminggu-minggu atau berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun (maklum, kejadiannya tahun 2011 cuyy,, hehe) nasib apes gue alami, tapi gak sampai tragis lah… pada hari itu (lihat kedinding dengan ekspresi serius) gue iseng-iseng nih nge post cerpen yang udah gue buat dengan susah payah meski sedang galau di note Facebook gue. Ini karena gue terinspirasi ma salah seorang teman gue yang mengaku penulis kere(n) yang kerap kali melakukan hal seperti ini dan kemudian dia nge-tag teman-temannya (termasuk gue) trus minta komentar tentang tulisannya. Nah, apesnya gue adalah gue lupa waktu nge-tag teman-teman fb minta tanggapan CERPEN ini, bagus gak? keren, gak? ceritanya menarik, gak?

Semua berawal dari kejadian tersebut. Cerpen gue ini menggunakan sudut pandang orang pertama alias gue dan isi nyaadalah tentang kegalauan seorang cowok yang gak tahu penyebabnya apa, cinta bertepuk sebelah tangan atau faktor cuaca? (cerpennya juga ada di tulisan blog ini kok, klik disini ). Alhasil, datanglah komentaar-komentar salah sangka, ceritanya dibilang pas banget ma yang gue alami, trus teman-teman kampus gue sampai rela ngubek2 file tugas mata kuliah demi mencari tau siapa wanita beruntung tersebut (ya ile,,), dan hasilnya,, meski tidak ada yang dirasa tepat dengan sangat memaksa di bilanglah kalau orang nya itu si ini dan si itu. Dan tak hanya disitu saja, adik gue yang di kampung pun (North Sumatera) sampai tahu ceritanya (pdhl gak di tag) dan gue disindir habis-habisan… ampuun.. tobatt…(Gaya Radithya dikha). Untuk lebih jelasnya, nih link nya aku kasih,, hehhe http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150242167387330

Menjadi mahasiswa memang merupakan pilihan bagi setap orang. Banyak hal yang menjadi alas an bagi setiap orang apakah dia ingin mendapatkan status sebagai mahasiswa (tentunya harus terdaftar di perguruan tinggi) karena merasa keren, mudah mendapatkan pekerjaan nantinya setelah lulus, dipaksa orang tua, atau tidak ada pekerjaan setelah lulus SMA. Namun sebagian lagi lebih memilih untuk tidak merasakan status ini yang bisa dikarenakan tidak memiliki biaya yang cukup, atau mereka yang merasa bahwa kuliah sama sekali tidak penting, toh hanya dengan ijazah SMA bisa mencari pekerjaan atau malah menciptakan pekerjaan karena melihat banyak contoh orang-orang yang tidak kuliah bisa sukses dan menjadi pengusaha yang hebat. Apa pun alasannya, setiap orang tentu berhak untuk menjalankan pilihannya.

Namun, bagaimanapun kondisinya, ada hal-hal yang luar biasa yang dirasakan oleh mereka yang berstatus “mahasiswa”  yang membuat mereka bisa jauh berbangga diri dan mungkin tidak akan menyesal meski nantinya mereka tidak lebih sukses daripada orang-orang yang tidak kuliah. Kebanggaan ini berupa kepuasan batin tersendiri bagi mereka yang berstatus mahasiswa yang sukses dalam mengecap manisnya menuntut ilmu di bangku kuliah, tidak hanya ilmu akademik, tetapi juga ilmu ketika mereka bisa merasakan bagaimana kehidupan dalam masyarakat nantinya meski dalam ruang lingkup yang lebih kecil, ilmu yang membuat mereka harus memiliki strategi untuk terus maju dalam hidup ini, ilmu yang membuat mereka merasa indahnya kebersamaan yang menghasilkan suka cita, ilmu yang oleh mereka disebut ilmu ber-organisasi.

Diwadahi dengan berbagai nama-nama organisasi yang tidak hanya berada pada tingkat Universitas, tetapi juga tingkat fakultas, jurusan, atau program studi, atau bahkan mereka yang terlibat berorganisasi dengan lingkup nasional atau bahkan internasional. Hal inilah yang setidaknya bahwa mahasiswa juga membangun “kehidupan” mereka di dalam kampus. Bukankah dalam ilmu sosiologi juga dikatakan bahwa kecenderungan manusia adalah bahwa mereka tidak bisa hidup sendiri dan lebih menyukai untuk menggabungkan diri dalam suatu komunitas karena dianggap dapat memberi dan memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan untuk hidup bersama (zoon politicon). Kemudian manusia menggabungkan diri dan membentuk yang namanya “masyarakat”, kemudian saling berinteraksi dan melakukan aktivitas-aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara sendiri.

Hal ini juga lah yang dilakukan oleh para mahasiswa yang memilih menggabungkan diri dalam suatu organisasi tertentu yang dinilai akan mampu menjawab kebutuhan mereka masing-masing. Kemudian mereka saling berinteraksi, melakukan berbagai program/kegiatan yang dengan itu mereka akan terlihat “hidup”.

Dari gambaran ini dapat dilihat ada hal-hal yang ternyata begitu istimewa dengan status sebagai seorang mahasiswa ketika mereka memang benar-benar memanfaatkan status tersebut. Dunia bilang bahwa mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change) dan tidak ada alasan yang dapat menyagkal hal tersebut.

Tergabung dalam suatu organisasi, kehidupan dunia kampus yang sebenarnya pun akan mulai terasa. Bahkan, dalam beberapa hal tak salah jika dikatakan bahwa mahasiswa seperti ini bak seorang pejabat yang kesehariannya dilewati dari rapat ke rapat. Membuat berbagai agenda lewat perencanaan (planning), kemudian rapat kembali ketika pada tahapan pengerjaan (implementasi), kemudian kembali rapat untuk evaluasi dalam rentetan sebuah program. Keadaan yang sebenarnya bisa dikatakan bahwa inilah implementasi dari mata kuliah manajemen secara umum yang kegiatannya dilakukan dari proses planning hingga kepada evaluasi untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan kedepannya.

Ironis memang ketika ada sebagian orang yang memandang bahwa hal ini adalah “salah kaprah” bagi seorang mahasiswa yang seharusnya lebih memfokuskan diri pada kegiatan menuntut ilmu akademis agar cepat lulus dan tidak menyusahkan orang tua. Padahal, jika berkaca dalam kehidupan yang sesungguhnya, ilmu akademis dan ilmu organisasi adalah dua hal yang bisa di sinkronkan atau akan saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada alasan yang layak sebenarnya untuk menyatakan bahwa menjadi mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat) adalah hal yang aneh atau bahkan salah, hanya saja kepada mereka mahasiswa seperti ini perlu untuk diingatkan kembali akan manajemen waktu mereka sehingga tidak keteteran di satu bidang dan terlalu asik di bidang yang lain.

PNS, Profesi Mulia jika Jujur

Posted: Januari 25, 2012 in umum/inspirasi

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan seperti penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri. Sempurna dalam hal ini bukanlah seorang aparatur negara, yang dalam hal ini kita berbicara Pegawai Negeri dengan segala kelebihan dan bagaimana mereka selalu “perfect” dalam memberikan pelayanan, akan tetapi lebih kepada sikap untuk terus memperbaiki diri dan bagaimana dia bisa berkomitmen atas profesinya untuk melayani masyarakat dan sebagai abdi Negara. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, yakni mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Berbicara mengenai pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, maka sebenarnya kita membicarakan suatu profesi yang dalam segi kebaikan dan agama sebagai profesi “ladang pahala”. Bagaimana tidak, dalam undang-undang nomor 43 tahun 1999 dinyatakan bahwa Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Dalam hal ini bagaimana dijelaskan seorang pegawai negeri bertugas melayani masyarakat, ini berarti termasuk membantu segala urusan dan kepentingan masyarakat atau secara singkat dapat dikatakan sebagai “penolong masyarakat”. Imbalan penolong apalagi kalau bukan pahala disisi Tuhan, apresiasi disisi orang yang ditolong, serta kepuasan hati si penolong tentunya. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan Nabi Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “…barang siapa memudahkan urusan saudaranya yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat…”[1]


[1] Imam Nawawi. Hadits Al-Arba’in An Nawawiyah yang diterjemahkan oleh Abdullah Munib El-Bashiri, Muraja’ah, dan Jayus El Fauzan (Penerbit Nizhom, Jakarta). hlm. 76-77.