Hari ini. Harapan untuk tulisan di Categori ini (Cerita Hari Ini) awalnya hanya ingin menceritakan kisah-kisah saya yang dirasa sangat menarik dan menyenangkan. Namun apa daya, saya mesti menuliskan kejadian hari ini walaupun terasa sangat tragis.. (berlinang air mata).
Dapat musibah, Sungguh Sesuatu. Yha, hari ini saya memang mendapatkan musibah penting selama karier hidup saya (gak nahan..). Semua diawali karena keraguan dan ketidakinginikutan, namun bukan berarti ada penyesalan. Saya rasa, saya cukup menikmatinya (walaupun sakit sangat). Hari ini, saya dan teman-teman satu rumah akan rihlah (jalan-jalan) ke salah satu tempat wisata di Kota Padang, ke Pantai Air Manis (red: Pantainya Malin Kundang). Saya awalnya mengatakan tidak bisa karena harus menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Penelitian Administrasi Negara. Akan tetapi, itu dirasa bukanlah alasan yang cukup logis dan dapat diterima (sebenarnya sih emang bener, karena nih tugas sudah diberikan sekitar 2 minggu yang lalu, tapi dasar sayanya lelet,, heeh). Akhirnya saya pikir-pikir, yasudah lah, saya ikut, toh sepertinya nanti malam masih ada waktu untuk menyelesaikan tugasnya (Begadang,, jangan begadang). Kita semua pun memepersiapkan segala sesuatu yang dirasa perlu, dan kemudian berangkat. Saya dibonceng Irfan, dan yang lain ada tiga motor lagi dengan boncengannya masing-masing (gak usah disebutin,, hehe).
Dan,, kejadian pun di mulai. Sebagai gambaran saja, kondisi jalan menuju Pantai Air Manis bisa dibilang sangat ekstrem meskipun jalannya sudah di aspal. Mengapa? karena jalannya itu mendaki, menurun, mendaki, menurun,,, dan tingkat ketinggiannya juga cukup membuat jantung berdebar. Beberapa jalan mendaki sudah kami lewati dengan baik meskipun cukup menegangkan (maklum, kondisi motor yang kami gunakan menurut saya memang kurang baik, tapi saya gak tahu kalau jalan yang akan dilalui seperti ini). Kemudian di jalan yang menanjak cukup tinggi (lagi) motornya mulai gak kuat dan sempat terhenti namun kami masih bisa jalan terus (alhamdulillah,, huhh). Tetapi-eh,,tetapi tiba di jalan yang menurun, teman saya tersebut seperti kehilangan keseimbangan (jangan2 karena saya berat lagi) dan kami pun terjatuh. Untungnya (untung gak yha?) dia mengarahkannya ke semak-semak di pinggir jalan dan tidak ke aspal. Saat itu, saya dzikir dan hanya pasrah dan kemudian terbang jatuh kedalam semak-semak. Sementara dia (Irfan) juga masuk kedalam semak namun lebih dekat ke jalan. Entah kenapa, saya langsung menguatkan diri dan bangkit berdiri, kemudian melihat keadaannya, dia sepertinya parah (pikirku). lalu saya katakan, “jangan berdiri dulu, biar saja disitu”. Anehnya, tak ada orang yang lewat ketika kami terjatuh dan posisi kami terjatuh adalah posisi “strategis” di mana tidak kelihatan oleh orang-orang yang lalu lalang di jalan tersebut (sebenarnya sih cukup sunyi).
Saya pun naik ke jalan (nih semaknya gak datar, tetapi menurun kayak menuju jurang gitu) dan mengambil telpon seluler dan langsung memencet sembari mencari-cari nomor hp teman yang lain. Posisi kami yang berada di paling belakang, membuat teman-teman yang lain tidak menyadari. Dan akhirnya, setelah mencoba kebeberapa nomor ada juga yang mengangkat dan segera saya suruh ke tempat kami. Saya yang penampilannya tidak mencurigakan (sehabis jatuh) pun tidak mencuri perhatian orang-orang yang lewat meskipun pasti ada yang bertanya sedang apa ditempat beginian?
Teman-teman yang lain pun tiba, lalu kemudian mengangkat Irfan dan kemudian motornya. Setelah memposisikan diri (irfan ternyata masih sanggup berdiri), kami akhirnya memutuskan untuk kembali pulang ke rumah untuk langsung berobat. saya luka gores di bawah lutut plus pembengkakan, sementara Irfan lebih parah karena kakinya juga terkilir plus banyak mengeluarkan darah.
Aneh dan lucu rasanya ketika saya mengingat-ingat kejadian ini, dari niat yang sebenarnya mau tidak ikut hingga perasaan saya yang tidak menyesali kejadian ini, rasanya ini seperti sesuatu. Ditengah kondisi ini saya malah bisa menyelesaikan tugas untuk besok. Padahal, selam 14 hari ditengah kondisi normal bahkan saya gak sanggup. Kalau teman-teman lain bilang “Ini supaya kami cepat gede”,, aneh memang karena perasaan tinggi saya sudah 173 cm dan beratnya 72 kg. Mau gede gimana lagi?. tapi yang jelas mereka hanya berusaha menghibur dan saya rasa saya cukup terhibur ketika membayangkannya.. hhe
Sekian cerita sedih saya di hari ini, mudah-mudahan tidak terulang lagi lah. sudah cukup rasanya dijadikan pengalaman tuk melamar pekerjaan,,