Archive for the ‘umum/inspirasi’ Category

Berbicara mengenai kedudukan dalam suatu organisasi baik itu publik ataupun private memang tidak ada habisnya. Pangkat atau jabatan dipandang sangat penting sehingga setiap orang merasa perlu untuk memiliki jabatan atau pangkat yang lebih tinggi yang otomatis membuat kedudukannya pun menjadi lebih baik. Dengan pangkat atau jabatan tinggi yang dirasa strategis akan lebih banyak hal yang bisa dilakukan, pengaruh yang diberikan pun tinggi, dan tentunya secara financial juga semakin membaik. Tak ayal, banyak orang yang mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaannya dengan harapan akan mendapatkan pangkat atau jabatan yang dianggap semakin baik.

Memang, dari pandangan di atas rasanya tidak ada yang salah, asalkan loyal terhadap pekerjaannya dan jika mendapatkan posisi yang strategis, itu merupakan efek samping dari hasil loyalitasnya terhadap pekerjaan. Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana jika yang terjadi bahwa banyak orang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan posisi yang strategis tersebut? Seperti loyalitas terhadap pimpinan misalnya, atau rela mengeluarkan seabrek duit, atau yang tak asing lagi dengan memanfaatkan fasilitas Nepoteisme.

Mudah rasanya mencari fenomena ini di Negara kita tercinta, Indonesia. Mulai dari aksi pencokokan duit kebohongan kepada masyarakat saat berkampanye, jabatan yang turun temurun, satu keturunan yang tiba-tiba menjadi pejabat karena ada keluarganya yang menjadi Kepala Daerah, memilih keluar partai karena tidak terpilih menjadi ketua dan membentuk partai baru, dan contoh-contoh lainnya yang masih terlalu banyak untuk dituliskan yang kesemuanya ini memperlihatkan betapa jabatan tertentu yang mereka anggap strategis tersebut akan bisa mewujudkan ambisi mereka. Sayang, sebagian ambisi besar mereka ternyata untuk kebaikan, kebaikan kepada mereka dan kerabatnya.

Orang yang berambisi mengejar suatu jabatan/kedudukan tak dapat dipastikan akan memiliki kinerja yang lebih baik. Faktanya di negeri ini, mereka yang rela mengeluarkan seabrek duit hanya untuk menjadi seorang Kepala Daerah atau Anggota Dewan banyak yang berakhir di penjara. Padahal, Allah melaknat mereka para penyuap, penerima suap, dan yang memberi peluang bagi mereka (H. R. Ahmad). Hadits Nabi S.A.W yang lain juga lebih dipertegas tentang ambisi mengejar jabatan, Beliau bersabda  yang artinya:

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Satu kalimat sederhana yang mudah diingat dan terasa sangat masuk akal adalah “mendapatkan jabatan karena ambisimu maka kau akan menanggung seluruh bebannya dan jika tanpa ambisi maka kau akan ditolong mengatasinya”. Sungguh, ini benar-benar hal yang sangat dirasakan. Bukankah setiap jawaban ada pertanggungjawabannya?

Melihat hadits ini, Nabi memberikan pandangan bahwa memang sebenarnya ada dua pihak yang terlibat dalam hal ini, dari kalangan pemimpin (nya) dan si empunya ambisi/non ambisi tersebut. Hal ni karena nabi tidak pernah mau mengangkat orang yang ambisius dalm kedudukan semasa hidupnya,

“Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, sudah saatnya keadilan dan kecerdasan berpikir yang dikedepankan seorang pemimpin dan masyarakat dengan melihat loyalitas dan dedikasi yang tinggi yang telah dan akan diberikan oleh mereka yang nantinya mengisi setiap posisi/jabatan. Bukan memanfaatkan fasilitas Nepoteisme, Bukan membodohi masyarakat dengan seabrek duit kebohongan, atau bukan pula karena tidak legowo menerima kenyataan tidak bisa menjadi ketua lalu menarik diri dan membuat yang baru sehingga posisi ketua bisa dirasakan. Terkadang banyak yang berpikir mereka memiliki ide-ide yang brilian untuk membuat suatu kemajuan dan hanya akan bisa terwujud jika memiliki posisi teratas. Bayangkan saja jika sikap egois ini terjadi hampir kepada semua mereka yang seperti ini, bagaimana hancurnya bangsa ini ke depannya.  Semua merasa jenius dan berjiwa kepemimpinan dan dibalut pula dengan sifat tinggi hati. Alhasil, “Persatuan Indonesia” pun hanya akan tetap menjadi ucapan-ucapan omong kosong belaka karena mereka telah membudayakan egoism dan dipalingkan dari ketidakmampuan untuk menjadi satu.

Menjadi mahasiswa memang merupakan pilihan bagi setap orang. Banyak hal yang menjadi alas an bagi setiap orang apakah dia ingin mendapatkan status sebagai mahasiswa (tentunya harus terdaftar di perguruan tinggi) karena merasa keren, mudah mendapatkan pekerjaan nantinya setelah lulus, dipaksa orang tua, atau tidak ada pekerjaan setelah lulus SMA. Namun sebagian lagi lebih memilih untuk tidak merasakan status ini yang bisa dikarenakan tidak memiliki biaya yang cukup, atau mereka yang merasa bahwa kuliah sama sekali tidak penting, toh hanya dengan ijazah SMA bisa mencari pekerjaan atau malah menciptakan pekerjaan karena melihat banyak contoh orang-orang yang tidak kuliah bisa sukses dan menjadi pengusaha yang hebat. Apa pun alasannya, setiap orang tentu berhak untuk menjalankan pilihannya.

Namun, bagaimanapun kondisinya, ada hal-hal yang luar biasa yang dirasakan oleh mereka yang berstatus “mahasiswa”  yang membuat mereka bisa jauh berbangga diri dan mungkin tidak akan menyesal meski nantinya mereka tidak lebih sukses daripada orang-orang yang tidak kuliah. Kebanggaan ini berupa kepuasan batin tersendiri bagi mereka yang berstatus mahasiswa yang sukses dalam mengecap manisnya menuntut ilmu di bangku kuliah, tidak hanya ilmu akademik, tetapi juga ilmu ketika mereka bisa merasakan bagaimana kehidupan dalam masyarakat nantinya meski dalam ruang lingkup yang lebih kecil, ilmu yang membuat mereka harus memiliki strategi untuk terus maju dalam hidup ini, ilmu yang membuat mereka merasa indahnya kebersamaan yang menghasilkan suka cita, ilmu yang oleh mereka disebut ilmu ber-organisasi.

Diwadahi dengan berbagai nama-nama organisasi yang tidak hanya berada pada tingkat Universitas, tetapi juga tingkat fakultas, jurusan, atau program studi, atau bahkan mereka yang terlibat berorganisasi dengan lingkup nasional atau bahkan internasional. Hal inilah yang setidaknya bahwa mahasiswa juga membangun “kehidupan” mereka di dalam kampus. Bukankah dalam ilmu sosiologi juga dikatakan bahwa kecenderungan manusia adalah bahwa mereka tidak bisa hidup sendiri dan lebih menyukai untuk menggabungkan diri dalam suatu komunitas karena dianggap dapat memberi dan memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan untuk hidup bersama (zoon politicon). Kemudian manusia menggabungkan diri dan membentuk yang namanya “masyarakat”, kemudian saling berinteraksi dan melakukan aktivitas-aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara sendiri.

Hal ini juga lah yang dilakukan oleh para mahasiswa yang memilih menggabungkan diri dalam suatu organisasi tertentu yang dinilai akan mampu menjawab kebutuhan mereka masing-masing. Kemudian mereka saling berinteraksi, melakukan berbagai program/kegiatan yang dengan itu mereka akan terlihat “hidup”.

Dari gambaran ini dapat dilihat ada hal-hal yang ternyata begitu istimewa dengan status sebagai seorang mahasiswa ketika mereka memang benar-benar memanfaatkan status tersebut. Dunia bilang bahwa mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change) dan tidak ada alasan yang dapat menyagkal hal tersebut.

Tergabung dalam suatu organisasi, kehidupan dunia kampus yang sebenarnya pun akan mulai terasa. Bahkan, dalam beberapa hal tak salah jika dikatakan bahwa mahasiswa seperti ini bak seorang pejabat yang kesehariannya dilewati dari rapat ke rapat. Membuat berbagai agenda lewat perencanaan (planning), kemudian rapat kembali ketika pada tahapan pengerjaan (implementasi), kemudian kembali rapat untuk evaluasi dalam rentetan sebuah program. Keadaan yang sebenarnya bisa dikatakan bahwa inilah implementasi dari mata kuliah manajemen secara umum yang kegiatannya dilakukan dari proses planning hingga kepada evaluasi untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan kedepannya.

Ironis memang ketika ada sebagian orang yang memandang bahwa hal ini adalah “salah kaprah” bagi seorang mahasiswa yang seharusnya lebih memfokuskan diri pada kegiatan menuntut ilmu akademis agar cepat lulus dan tidak menyusahkan orang tua. Padahal, jika berkaca dalam kehidupan yang sesungguhnya, ilmu akademis dan ilmu organisasi adalah dua hal yang bisa di sinkronkan atau akan saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada alasan yang layak sebenarnya untuk menyatakan bahwa menjadi mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat) adalah hal yang aneh atau bahkan salah, hanya saja kepada mereka mahasiswa seperti ini perlu untuk diingatkan kembali akan manajemen waktu mereka sehingga tidak keteteran di satu bidang dan terlalu asik di bidang yang lain.

PNS, Profesi Mulia jika Jujur

Posted: Januari 25, 2012 in umum/inspirasi

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan seperti penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri. Sempurna dalam hal ini bukanlah seorang aparatur negara, yang dalam hal ini kita berbicara Pegawai Negeri dengan segala kelebihan dan bagaimana mereka selalu “perfect” dalam memberikan pelayanan, akan tetapi lebih kepada sikap untuk terus memperbaiki diri dan bagaimana dia bisa berkomitmen atas profesinya untuk melayani masyarakat dan sebagai abdi Negara. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, yakni mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Berbicara mengenai pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, maka sebenarnya kita membicarakan suatu profesi yang dalam segi kebaikan dan agama sebagai profesi “ladang pahala”. Bagaimana tidak, dalam undang-undang nomor 43 tahun 1999 dinyatakan bahwa Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Dalam hal ini bagaimana dijelaskan seorang pegawai negeri bertugas melayani masyarakat, ini berarti termasuk membantu segala urusan dan kepentingan masyarakat atau secara singkat dapat dikatakan sebagai “penolong masyarakat”. Imbalan penolong apalagi kalau bukan pahala disisi Tuhan, apresiasi disisi orang yang ditolong, serta kepuasan hati si penolong tentunya. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan Nabi Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “…barang siapa memudahkan urusan saudaranya yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat…”[1]


[1] Imam Nawawi. Hadits Al-Arba’in An Nawawiyah yang diterjemahkan oleh Abdullah Munib El-Bashiri, Muraja’ah, dan Jayus El Fauzan (Penerbit Nizhom, Jakarta). hlm. 76-77.

Hari ini, hari maksa banget. Maaf sebelumnya, karena saya tiba-tiba saja ingin menulis resensi dari suatu film. Saya termasuk orang yang jarang menulis resensi entah itu film ataupun buku walaupun dalam benak  sudah lama saya pendam dan akhirnya entah dengan kekuatan apa saya putuskan untuk membuat resensi ini dengan sangat ngotot, harus selesai. Jadi, kalau masih banyak yang kurang memuaskan yah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. heheh…

kali ini saya ingin menyoroti film yang berjudul “I Not Stupid Too” yang menurut saya sangat perlu untuk diketahui oleh banyak pihak, walaupun saya sendiri cukup terlambat mengetahui film luar biasa ini. Saya sendiri baru nonton film ini dua hari yang lalu (23 januari 2012). Film asal Singapura besutan sutradara Jack Neo yang rilis pada tahun 2006 ini (gile,, udah hamir 6 tahun cuyy,, hahh) menceritakan keadaan interaksi yang terjadi di dalam keluarga dan juga dalam dunia pendidikan di Singapura, antara orang tua dan anak-anaknya serta antara guru dan murid-muridnya.  Singkatnya, film ini ingin menceritakan “Kapan Terakhir kali kau memuji mereka (anak/murid mu)”?

Adalah Jerry(Ashley Leong) anak dari keluarga kaya yang masih duduk disekolah dasar yang orang tua nya selalu sibuk dengan urusan kerjanya. Dia  memiliki kakak bernama Tom Yeo (Shawn Lee), yang kerap kali tidak akur dengannya sehingga mereka menyebutnya sebagai Tom-Jerry. Sebagai adik yang masih duduk sekolah dasar, Jerry memiliki karakter sebagai anak yang polos dan memang didukung oleh wajahnya sendiri ( soalnya ngeliat si Jerry seolah-olah seperti anak tanpa dosa,, hehe). Adapun Tom, dia sebenarnya blogger handal, namun orang tuanya tidak pernah menghargai bakatnya dan menyatakan bahwa pintar mengelola blog tidaklah penting, yang jauh lebih penting adalah mendapatkan nilai yang baik dalam setiap mata pelajaran. Disisi lain, ada Chengchai (Joshua Ang), teman sekolah Tom yang tinggal bersama ayahnya yang mantan seorang napi. Gaya pengajaran ayahnya yang keras dan selalu memukuli Chengcai juga menular kepadanya. Chengchai jago beladiri tetapi ayahnya tidak mau dia bergelut dalam dunia tersebut dan menuntut agar Chengchai lebih giat belajar dan mendapatkan nilai-nilai yang baik.

Di sekolah, Tom dan Chengchai juga terlibat banyak keributan dengan guru mereka, Pak Fu. Gaya pengajaran yang keras dan tidak pernah menghargai usaha muridnya membuat chengchai dan Tom tidak tahan hingga suatu hari mereka terlibat perkelahian dengan guru tersebut, dan akhirnya…mereka dihukum. Tom di hukum cambuk di depan teman-temannya dan Chengchai dikeluarkan.  Orang tua mereka berusaha agar hukuman itu tidak dilaksanakan tetapi peraturan mesti dijalankan. Tom dan Chengchai pun menjadi bulan-bulanan kemarahan orang tua mereka.

Merasa bakat dan kebaikan mereka tidak pernah dihargai orang tuanya, akhirnya Tom dan Chengchai memilih bergabung dalam sebuah  kelompok preman. Dalam kelompok ini, mereka merasa bakatnya lebih dihargai. Namun, mereka malah terlibat dalam banyak tindakan criminal hingga mereka dijebak oleh teman-temannya sendiri dalam kasus pemerasan. Karena butuh uang, mereka akhirnya memilih jalan untuk kembali merampok, dan kali ini korbannya adalah seorang nenek. Namun, setelah mereka merampok kalung nenek tersebut, mereka sadar bahwa mereka salah dan akhirnya mereka memberanikan diri untuk mengembalikan kalung tersebut. Naas, orang-orang disekitar tetap merasa mereka salah dan perlu dilaporkan kepolisi dan mereka pun berteriak maling..maling. Tom dan Chengchai pun digebuki massa. Namun, beruntung Tom yang tanpa sengaja memencet nomor hp ayahnya dari hp 3G nya sehingga ayahnya meilhat kejadian dan langsung menuju ke lokasi dengan membawa serta keluarganya. Sementara itu, Chengchai yang digebuki di tempat yang sedikit jauh terpisah dari Tom pun terlihat oleh ayahnya dan spontan ayahnya langsung menghajar orang yang memukuli Cheng. Naas, ayahnya terjatuh dari tangga dan akhirnya luka parah hingga dibawa ke rumah sakit.

Di balik tragedy ini, ada hikmah luar biasa yang terjadi. Chengchai akhirnya sadar bahwa ayahnya sebenanrnya sangat sayang kepadanya bahkan ayahnya juga rela menyalin 165 surat dalam bahasa inggris untuk mendaftarkan Chengchai ke sekolah yang ada di singapura padahal ayahnya tidak terbiasa dengan tulisan bahasa inggris. Namun, umur ayahnya ternyata sudah tidak panjang sehingga chengchai berusaha untuk memenuhi segala permintaan ayahnya. Dan, tak lama kemudian ayahnya pun meninggal. Sementara Tom dan Jerry juga akihrnya menyadari bahwa sebenarnya orang tua mereka sayang kepada mereka walaupun mereka sibuk. Hanya saja, karena kesibukan itu rasa sayang tersebut sulit untuk dirasakan.

Film yang berdurasi kurang lebih dua jam ini sekilas memang memiliki cerita yang kita rasa cukup pasaran dan sudah terbiasa mendengar ceritanya. Namun, film ini tak bernilai biasa karena selain kepiawaian acting dari pemerannya yang siap membawa penonton hanyut ke dalam suasana, alur ceritanya juga enak dan mudah untuk dipahami. Namun yang paling penting adalah bahwa penonton diberikan perspektif dua arah, tidak hanya pandangan bagaimana perlakuan orang tua terhadap anak yang kerap kali dipandang anak muda tidak tepat, tetapi juga bagaimana kebanyakan anak tidak bisa melihat sesuatu hal yang baik yang diberikan orang tua karena kebanyakan orang tua lebih memilih untuk tidak memperlihatkan atau memang tidak bisa memperlihatkan kebaikan tersebut seperti yang si anak inginkan. Bagaimanapun, kata mutiara bahwa tidak ada orang tua yang ingin menghancurkan anaknya sebenarnya adalah sesuatu yang hakiki.

Banyak pesan-pesan moral yang disampaikan hampir disepanjang film ini baik dalam pengajaran dalam keluarga ataupun di sekolah. Jangan pernah mengatakan “apakah kau hanya bisa segini?”, “kalian memang payah”, ataupun “dasar bodoh”,, karena yang diperlukan dalam pendidikan dan pengajaran adalah bahwa kita (orang tua dan guru) hanya perlu untuk menemukan “kuncinya”, sehingga yang terjadi adalah bahwa kita harus focus terhadap bakat mereka, bukan pada kelemahan mereka (kata2 salah seorang gurunya,, hehe).

Selain itu, film ini juga tidak monoton dimana banyak terjadi kelucuan-kelucuan yang benar-benar lucu (sumpah,,). Diantaranya adalah kejadian yang dialami Jerry saat sedang istirahat latihan teater. Saat itu Jerry sangat lelah dan tertidur, begitu pula xiaoxia (teman sekelas Jerry). Teman-teman mereka lalu membuat mereka tidur bersama dalam satu tempat. Keesokan harinya teman-temannya yang jahil tersebut mengatakan kalau Jerry akan menjadi seorang ayah karena tidur bersama xiaoxia. Tak habis pikir, Jerry pun berusaha mencari tahu bagaimana seseorang bisa hamil namun tak ada yang memberikan jawaban yang masuk akal. Akhirnya dia menyerah dan mengatakan kalau dia akan bertanggung jawab pada Xiaoxia. Beberapa hari kemudian mereka mendengar bahwa perempuan hamil tidak boleh memakan nanas karena takut keguguran. Akhirnya, Jerry memaksa Xiaoxia untuk memakan nanas dalam jumlah yang banyak hingga xiaoxia sakit perut dan dibawa ke klinik.. (hehehe, lucu kan..?)

Banyak pelajaran yang benar-benar bisa dan harus dipetik dari film ini sehingga bagi anda yang belum menonton film ini mesti segera cari ni film dan nikmati bersama suami/istri anda (bagi orang tua), bersama teman-teman anda (bagi remaja/anak muda), dan bersama teman-teman sejawat anda (bagi anda yang berpofesi seorang guru) atau kalau memang malu melakukannya, sendiri juga taka pa,, hehee….gue malah sering rekomendasikan film ini kpd teman2 yang belum pernah nonton dengan kata2  “mau nonton film keren, gak?”. Intinya film ini mau bilang “Pujian itu perlu untuk meningkatkan motivasi dan percaya diri setiap orang”. So, hargailah bakat mereka, bukan mengumbar-umbar kelemahannya…