Arsip untuk Februari 4, 2012

Berbicara mengenai kedudukan dalam suatu organisasi baik itu publik ataupun private memang tidak ada habisnya. Pangkat atau jabatan dipandang sangat penting sehingga setiap orang merasa perlu untuk memiliki jabatan atau pangkat yang lebih tinggi yang otomatis membuat kedudukannya pun menjadi lebih baik. Dengan pangkat atau jabatan tinggi yang dirasa strategis akan lebih banyak hal yang bisa dilakukan, pengaruh yang diberikan pun tinggi, dan tentunya secara financial juga semakin membaik. Tak ayal, banyak orang yang mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaannya dengan harapan akan mendapatkan pangkat atau jabatan yang dianggap semakin baik.

Memang, dari pandangan di atas rasanya tidak ada yang salah, asalkan loyal terhadap pekerjaannya dan jika mendapatkan posisi yang strategis, itu merupakan efek samping dari hasil loyalitasnya terhadap pekerjaan. Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana jika yang terjadi bahwa banyak orang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan posisi yang strategis tersebut? Seperti loyalitas terhadap pimpinan misalnya, atau rela mengeluarkan seabrek duit, atau yang tak asing lagi dengan memanfaatkan fasilitas Nepoteisme.

Mudah rasanya mencari fenomena ini di Negara kita tercinta, Indonesia. Mulai dari aksi pencokokan duit kebohongan kepada masyarakat saat berkampanye, jabatan yang turun temurun, satu keturunan yang tiba-tiba menjadi pejabat karena ada keluarganya yang menjadi Kepala Daerah, memilih keluar partai karena tidak terpilih menjadi ketua dan membentuk partai baru, dan contoh-contoh lainnya yang masih terlalu banyak untuk dituliskan yang kesemuanya ini memperlihatkan betapa jabatan tertentu yang mereka anggap strategis tersebut akan bisa mewujudkan ambisi mereka. Sayang, sebagian ambisi besar mereka ternyata untuk kebaikan, kebaikan kepada mereka dan kerabatnya.

Orang yang berambisi mengejar suatu jabatan/kedudukan tak dapat dipastikan akan memiliki kinerja yang lebih baik. Faktanya di negeri ini, mereka yang rela mengeluarkan seabrek duit hanya untuk menjadi seorang Kepala Daerah atau Anggota Dewan banyak yang berakhir di penjara. Padahal, Allah melaknat mereka para penyuap, penerima suap, dan yang memberi peluang bagi mereka (H. R. Ahmad). Hadits Nabi S.A.W yang lain juga lebih dipertegas tentang ambisi mengejar jabatan, Beliau bersabda  yang artinya:

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Satu kalimat sederhana yang mudah diingat dan terasa sangat masuk akal adalah “mendapatkan jabatan karena ambisimu maka kau akan menanggung seluruh bebannya dan jika tanpa ambisi maka kau akan ditolong mengatasinya”. Sungguh, ini benar-benar hal yang sangat dirasakan. Bukankah setiap jawaban ada pertanggungjawabannya?

Melihat hadits ini, Nabi memberikan pandangan bahwa memang sebenarnya ada dua pihak yang terlibat dalam hal ini, dari kalangan pemimpin (nya) dan si empunya ambisi/non ambisi tersebut. Hal ni karena nabi tidak pernah mau mengangkat orang yang ambisius dalm kedudukan semasa hidupnya,

“Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, sudah saatnya keadilan dan kecerdasan berpikir yang dikedepankan seorang pemimpin dan masyarakat dengan melihat loyalitas dan dedikasi yang tinggi yang telah dan akan diberikan oleh mereka yang nantinya mengisi setiap posisi/jabatan. Bukan memanfaatkan fasilitas Nepoteisme, Bukan membodohi masyarakat dengan seabrek duit kebohongan, atau bukan pula karena tidak legowo menerima kenyataan tidak bisa menjadi ketua lalu menarik diri dan membuat yang baru sehingga posisi ketua bisa dirasakan. Terkadang banyak yang berpikir mereka memiliki ide-ide yang brilian untuk membuat suatu kemajuan dan hanya akan bisa terwujud jika memiliki posisi teratas. Bayangkan saja jika sikap egois ini terjadi hampir kepada semua mereka yang seperti ini, bagaimana hancurnya bangsa ini ke depannya.  Semua merasa jenius dan berjiwa kepemimpinan dan dibalut pula dengan sifat tinggi hati. Alhasil, “Persatuan Indonesia” pun hanya akan tetap menjadi ucapan-ucapan omong kosong belaka karena mereka telah membudayakan egoism dan dipalingkan dari ketidakmampuan untuk menjadi satu.

Hari ini, akhirnya baru sanggup lagi untuk menulis pasca tujuh hari kecelakaan motor yang melukai kaki kanan ku. Makanya, kisah selama lebih kurang tujuh hari tersebut pun dirangkum  dalam tulisan ini.

Kita mulai dari kondisi hati, yha, inilah permasalahan utamanya menurut saya. Lebih kurang selama tujuh hari ini kondisi hati saya sedang galau, benar-benar galau. Sebenarnya saya juga masih belum terlalu jelas dengan konsep galau, apakah itu hanya menyangkut pikiran atau juga hati?, kalau hati juga apakah hanya pada saat hati memikirkan kekasihnya atau hal-hal lain juga bisa?, lalu apakah rindu itu juga termasukgalau?. Karena saya bingung, saya sebut saja keadaan yang saya alami saat ini galau, karena saya lihat galau merupakan kata yang sedang lagi nge-trend nih dikalangan facebooker,..hehe.

Awalnya, keadaan ini saya rasa biasa saja. Jatuh dari motor dan kemudian mendapat luka di kaki sebelah kanan, dan itu pun kata dokter awalnya hanya luka gores dan bengkak saja. Tetapi kondisi saya selama ini sangat fluktuatif, hari ini terasa semakin membaik, kemudian besoknya semakin parah dengan banyaknya bermunculan rasa sakit yang baru disekitar luka tersebut. Lalu kemudian kembali membaik karena sudah bisa berjalan, lalu kemudian kembali hanya bisa terdiam di atas kasur. Hal ini lah yang benar-benar membuat hati saya menjadi galau.

“Ini hanya cobaan dari Allah, toh juga cuma dapat luka seperti ini, bagaimana dengan mereka yang kondisinya lebih parah?”Pikirku mulanya dalam hati sembari memberi semangat tuk diri sendiri. Alhamdulillah shalatku selama sakit juga msih terjaga meski dilakukan dalam keadaan duduk dan dalam tiga hari pertama aku masih sanggup untuk berwudhu walau kemudian hanya bisa bertayammum karena tak sanggup lagi berjalan ke kamar mandi. Melakukan shalat seperti ini awalnya masih membuatku canggung sehingga aku shalat dikala teman sekamar sedang keluar atau sengaja aku suruh keluar dahulu (sedikit kejam,, eheh).

Namun, seiring waktu hati ini kembali di uji dengan pikiran-pikiran lemah. Gara-gara ini aku tidak bisa kuliah apalagi tuntutan tugas yang cukup banyak, kegiatan organisasi juga banyak yang terbengkalai, kondisi badan yang gerah karena tidak bisa mandi, hingga kepada ketidakmampuan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan dan akhirnya hanya bisa menyusahkan teman-teman yang lain. Lalu kemudian hati kecilku mengingatkan ini cobaan dan kemudian lidah ini beristighfar. Akan tetapi, terkadang timbul kembali sedikit penyesalan atas musibah ini yang semakin melemahkan kondisi ditambah kerinduan suasana rumah, ibu, adik, dan abang dan teringat kalau saja sakitnya disana pasti aku merasa jauh lebih bahagia sekalipun mendapatkan seribu omelan karena dikatakan tidak hati-hati, itu bahkan terasa sangat membahagiakan.

Lalu, ditengah salah satu shalat yang ku lakukan, entah kenapa aku pun menangis sempat terbesit pikiran tersebut dan betapa lemahnya diriku ini. Lalu kemudian aku diarahkan mengingat Allah sehingga air mataku bertambah deras karena terpikir betapa bodohnya aku sebagai seorang hamba yang bisa menangis karena penyakitnya. Bukankah jika aku ikhlas, penyakit ini bisa menjadi penggugur dosa, bukankan ini sebagai salah satu ajang pembuktian iman ku? Bukankah ini hanya kondisi yang sangat biasa yang aku akan sangat terlihat bodoh dan menyesal karena telah menyia-nyiakan air mata dan pikiran kepada sesuatu yang tidak semestinya?.  Lalu, selesai salam, segera ku hapus cepat-cepat air mata yang masih membasahi wajahku, malu rasanya jika teman-temanku melihatnya.

Selesai shalat, aku baringkan tubuhku dan kubaca dalam hati ayat-ayat hapalanku. Lalu, ditengah kondisi yang tenang (baik hati maupun keributan) tiba-tiba hp ku berbunyi dan sekali lagi aku terkejut, “ummi calling”. Segera ku kuatkan hatiku, kuperbaiki kondisi suaraku yang masih terpengaruhi tangisanku tadi, dan kemudian baru ku angkat teleponnya. Setelah berbalas salam, ibu langsung menanyakan apakah aku sedang sakit. Aku terdiam sesaat lalu kemudian menyatakan tidak, sehat kok, ini buktinya bisa nelpon. Alasan yang bodoh, pikirku, tapi itu otomatis terucap. Lalu, Ibu menyatakan kalau aku sedang sakit karena adikku melihat komentar teman kuliahku di status facebook ku. Dan “Bregggg”, tak bisa berkata-kata lagi. Lalu, karena tak bisa menyembunyikannya lagi ditambah rasa ingin meluapkan perasaan sakit ini akhirnya aku jujur kepada ibu walaupun tidak semuanya aku beritahukan. Alhasil, Ibuku malah menangis dan mengatakan kalau ada kejadian apa-apa seharusnya langsung diberitahu. Dalam hati aku berpikir, mana mungkin aku memberitahumu akan hal ini, aku tahu ini akan menambah beban pikiran mu. Kemudian percakapan panjang lebar yang diiringi suara isak tangis ibu pun terjadi.

Selesai, aku tutup telponnya dengan ucapan terakhir salam dari ibu yang masih juga diiringi isak tangis. Namun, meski risau memikirkan si Ibu, tetapi hati ini menjadi sedikit lebih tenang. The Power of Ummi, pikirku. Kemudian saya makan malam, lalu kemudian minum obat. Tak berapa lama, karena mendesak buang air kecil dan ternyata orang di rumah sedang keluar, saya pun menguatkan diri untuk pergi ke kamar mandi. Alhamdulillah, saya bisa berjalan dengan terbata-bata meski dengan posisi berjalan yang aneh. Dalam hati mungkin memang tidak terlalu senang karena mungkin ini akan seperti kemarin alias fluktuatif. Namun, sedikit rasa senang dirasa memang perlu, minimal untuk pemberi semangat kesembuhan.

Harapan sambungan dari tulisan ini tentunya adalah kesembuhan. Sudah tidak sabar rasanya membuat tips cepat sembuh dan menuliskan kisah nya,, hehehe….

a.    Pengertian E-Government

E-Government memiliki banyak defenisi dimana hampir setiap lembaga penting atau bahkan pemerintahan Negara memiliki defenisi tentang E-Government. Namun, defenisi tersbut biasanya tidaklah jauh berbeda yang intinya adalah penggunaan Teknologi dan Informasi dalam Aktivitas Pemerintah. Berikut ini disajikan defenisi E-Government.

UNDP            : E-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT- Information and Communicat-ion Technology) oleh pihak pemerintahan.

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia  Nomor  3  Tahun  2003  Tentang  Kebijakan Dan Strategi Nasional  dinyatakan bahwa Pengembangan E-Government Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif  dan efisien

Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank): E-government adalah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk mempromosikan pemerintahan yang lebih effisien dan penekanan biaya yang efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta memberikan akses informasi terhadap masyarakat umum, dan membuat pemerintahan lebih bertanggung jawab kepada masyarakat

b.    Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penggunaan E-Government secara menyeluruh mencakup pada:

1.      Government to Citizens (Pemerintah ke Masyarakat)

Pemerintah membangun dan menerapkan berbagai aplikasi teknologi informasi untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. Contoh : E-KTP

2.      Government to Business (Pemerintah ke Pelaku Usaha)

Contohnya pada proses perizinan pendirian usaha dan investasi, pengadaan lelang oleh pemerintah, dan kegiatan lain yang membutuhkan informasi secara online bagi pelaku usaha.

3.      Government to Government (Pemerintah ke Pemerintah)

Memperlancar kerjasama antar negara dengan dimudahkannya komunikasi, seperti kepentingan diplomasi, atau berbagai informasi yang dianggap penting oleh negara yang satu dan lainnya.

4.      Government to Employees (Pemerintah ke Aparatnya)

keadaan internal juga menjadi tempat diterapkannya E-Gov dalam upaya kemudahan informasi atau akses berbagai tugas/hasil kerja dan lainnya. Contohnya bisa diumpamakan seperti system KRS online yang diberlakukan di Universitas dimana Rektorat menjadi Pemerintah dan Dosen serta mahasiswa/i menjadi aparat yang berada dalam suatu organisasi.

 

Sebagian sumber dikutip pada:

http://www.rifaizaonline.co.cc/index.php/teknologi/business-tech/409-definis-egov.html diakses pada hari minggu, 29 Januari 2012 pukul 23:02 WIB.

Kuliah Online Universitas Komputer Indonesia, Bab Vmanfaat Dan Ruang Lingkup E-Government, dalam http://kuliahonline.unikom.ac.id/?listmateri/&detail=964&file=/BAB-V-MANFAAT-RUANG-LINGKUP-EGOV.html. diakses pada hari minggu, 29 januari 2012 pukl 22:48 WIB.

Instruksi Presiden Republik Indonesia  Nomor  3  Tahun  2003  Tentang  Kebijakan Dan Strategi Nasional  Pengembangan E-Government, diakses dalam www.deptan.go.id/bdd/admin/i_presiden/Inpres-03-03.pdf. Mminggu, 29 Januari 2012 pukl 22:54 WIB.